Sabtu, 11 Agustus 2012

Berusahalah Agar Dia Tersenyum?



Dalam salah satu lagu hits-nya, Ebiet G. Ade bernyanyi begini:

"... Tuhan ada di sini, di dalam jiwa ini, berusahalah agar Dia tersenyum."

Sepertinya "usaha suci" ini (yaitu berusaha "agar Tuhan tersenyum") sudah menjadi semacam "komoditas" di dalam semua agama di dunia ini. Dari agama Islam (yang kebetulan dianut oleh si pencipta dan pelantun lagu di atas), agama Hindu, Budha, dst. (Dan tentunya "agama Kristen" termasuk di sana).

Apakah artinya itu, khususnya bagi kita orang-orang Kristen?  Apakah kita memang perlu berusaha agar Tuhan tersenyum kepada kita? Banyak orang Kristen (dan tidak sedikit di antaranya adalah para pelayan/pemimpin kerohanian) yang, sebenarnya dengan maksud yang baik, akan memberikan jawaban yang positif terhadap pertanyaan itu. Tapi tahukah Anda bahwa orang Kristen semestinya tidak mengikuti imbauan itu (yaitu untuk berusaha agar Tuhan tersenyum kepada kita)?

Mengapa?

Sebab gagasan yang terdapat di dalamnya sesungguhnya tidak sesuai dengan ajaran Kristen, yang mendasarkan diri pada Injil Kristus (Injil kasih karunia).

Jangan salah paham dulu dengan saya... tidak ada sedikitpun niat saya untuk mangatakan bahwa imbauan itu sendiri adalah sesuatu yang buruk secara moral. Tentunya bukan demikian. Imbauan itu adalah sesuatu yang sangat baik, bila ditinjau dari sisi kemanusian secara umum. Hanya jika ditinjau dari sisi ajaran/iman Kristen sajalah imbauan yang demikian itu sudah tidak tepat lagi (untuk diikuti oleh kita orang-orang Kristen).

Mungkin ada yang akan mengajukan keberatan sebagai berikut: Kenapa sih, imbauan yang baik itu tidak disambut dan dianjurkan saja kepada orang-orang Kristen? Kenapa seolah-olah mau menjelekkan sesuatu yang baik? Bukankah kalau semua orang Kristen mengikuti imbauan itu kehidupan mereka akan menjadi jauh lebih baik lagi dari yang sekarang ini? Sebab dengan mengikuti himbauan seperti itu orang-orang Kristen pastilah akan (lebih) terhindarkan dari melakukan hal-hal yang buruk, hal-hal yang tidak baik, dan dari semua perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan lainnya.

Ya, saya tentu saja telah mempertimbangkan hal-hal itu juga sebelumnya. Tapi terus terang, karena sudah cukup banyak melihat sendiri dari contoh2 nyata di gereja2 (dan lembaga2 Kristen lainnya) di mana gagasan yang seperti itu diterapkan (di mana umat terus-menerus dianjurkan untuk berusaha agar Tuhan tersenyum kepada mereka) dan hasilnya bisa dibilang sangat mengecewakan! Sebab yang dihasilkan adalah, kalau bukan orang2 Kristen yang tertekan, maka hanyalah orang2 Kristen yang munafik dan sombong rohani belaka. Sungguh, saya sudah tidak mempercayai cara itu lagi!

Tapi, sekalipun kita andaikan bahwa cara itu ternyata berhasil untuk membuat orang2 Kristen menjadi orang2 yang lebih baik dalam kehidupannya, tetap saja, hal itu tidak baik juga bagi kekristenan (bahkan bersifat destruktif!). Mengapa? Sebab hal itu akan membengkokkan kekristenan dari ajaran yang sejatinya.

Menurut ajaran Kristen (=menurut Injil kasih karunia) semua manusia sudah berdosa dan tidak ada satu orang pun yang dengan perbuatannya bisa membuat Tuhan senang/berkenan kepada dirinya. Di antara semua yang terlahir sebagai keturunan Adam, hanya ada satu orang sajalah, yaitu Yesus Kristus, yang kepada-Nya Tuhan berkenan (lih: Mat 17:5; 2 Pet 1:17). Dan hanya oleh perbuatan Kristus sajalah (yaitu perbuatan penebusan yang telah dilakukan-Nya dengan kematian-Nya di Salib) Tuhan pun menjadi berkenan kepada kita (lih: Roma 5:18-19).

Jadi, dengan kata lain, untuk membuat Tuhan senang/berkenan kepada kita hanya ada satu caranya, yaitu dengan mengandalkan atau mempercayai perbuatan Yesus di Salib untuk kita, dan bukan dengan melakukan sesuatu apapun yang lainnya, yang dikira bisa membuat Tuhan akan senang/berkenan kepada kita. Dan hal itu bukan hanya berlaku untuk di awal penerimaan keselamatan kita saja, tetapi untuk seterusnya dan selamanya kelayakan kita di hadapan Tuhan adalah bergantung pada perbuatan (karya/pengorbanan) dari Yesus Kristus itu juga.

Karena itu, bagi kita orang Kristen, soal Tuhan tersenyum kepada kita (atau Tuhan berkenan/senang kepada kita) itu bukanlah sebuah tugas atau sesuatu yang masih perlu untuk kita usahakan lagi, tapi adalah sebuah kabar baik (=Injil), tentang sesuatu yang sudah diberikan/dihadiahkan oleh Tuhan kepada kita di dalam Kristus. Itu tidak lain adalah suatu keadaan (yang permanen/tetap) yang sudah terjadi dan sudah menjadi bagian kita semua di dalam Kristus. Singkatnya, sejak Anda ada di dalam Kristus, Tuhan sudah selalu berkenan/senang kepada Anda. Atau, dengan kata lain, Tuhan sudah selalu tersenyum kepada Anda. Haleluya. Amin. (Masih belum ngeh lagi? Sharing, nyok...!).