Minggu, 04 September 2016

Pengampunan Vertikal Tidak Meniadakan Konsekwensi2 Horizontal


"Seluruh dosa kita sudah diampuni." Apakah itu artinya sudah tidak ada lagi konsekwensi apa pun yang akan kita terima/tanggung sebagai akibat dari dosa2 kita itu?

Jawabannya, ya--untuk sebagian; tidak--untuk sebagiannya lagi.

Maksudnya, ada sebagian bidang di dalam kehidupan kita di mana konsekwensi2 dari dosa kita itu sudah tidak ada lagi (tidak akan kita terima/tanggung lagi), dan ada sebagian bidang lagi dalam kehidupan kita di mana konsekwensi2 dari dosa kita itu masih ada (masih akan kita terima/tanggung). Dan hal ini terkait dengan dua bidang besar kehidupan kita, yaitu:
  1. Bidang vertikal: Bidang yang mencakup relasi antara kita dengan Tuhan
  2. Bidang horizontal: Bidang yang mencakup relasi antara kita dengan diri sendiri dan sesama.
Berikut ini adalah penjelasan yang secara singkat2 saja tentang konsekwensi2 dosa pada kedua bidang kehidupan kita itu.

BIDANG VERTIKAL. Khusus untuk bidang vertikal kita ini konsekwensi2 dari dosa kita itu sudah tidak ada lagi (tidak akan kita terima/tanggung lagi).

Hubungan kita dengan Tuhan sama sekali tidak akan terganggu karena dosa2 kita itu. Tuhan tidak pernah lagi menjadi marah kepada kita karena dosa2 kita itu. Dan itu semua bisa terjadi karena Tuhan sudah mengampuni "seluruh dosa kita."

BIDANG HORISONTAL. Sedangkan untuk bidang horizontal kita ini konsekwensi2 dari dosa kita itu masih tetap ada (kecuali Tuhan mengintervensinya!).

Jadi, apa yang terjadi (sebagai akibat dari perbuatan2 dosa kita) pada bidang vertikal kita TIDAKLAH SAMA dengan apa yang terjadi pada bidang horizontal kita. Pengampunan dari Tuhan tidaklah secara otomatis menghilangkan atau meniadakan konsekwensi2 dari dosa2 kita itu di bidang horizontal kita ini (yaitu bidang yang menyangkut dengan relasi kita dengan diri kita sendiri dan dengan sesama kita). Dalam bidang ini kita masih dihadapkan pada kewajiban2 untuk mempertanggungjawabkan perbuatan2 kita. Di sini "hukum tabur-tuai" masih berlaku.
"Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Gal 6:7-8)

Ayat Alkitab ini haruslah kita terapkan untuk bidang horizontal kita saja (menerapkan firman Tuhan ini untuk bidang vertikal kita bersama Tuhan akan merupakan penyelewengan terhadap firman Tuhan itu!). Perhatikanlah apa yang dikatakan di ayatnya itu tentang orang yang menabur dalam dagingnya bahwa "ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya." Jadi bukan Tuhan yang membinasakan dia atau memberikan kebinasaan itu kepadanya!

Dengan demikian, Anda mungkin saja akan menderita sakit penyakit tertentu di tubuh Anda, sebagai akibat dari dosa2 anda atau perbuatan2 anda yang salah/menyimpang itu. Atau anda bisa saja mengalami kebangkrutan dalam usaha anda... gagal dalam study anda... gagal dalam pernikahan anda... hancur hubungan keluarga/persahabatan anda, dll. dan semuanya itu adalah sebagai konsekwensi (yang harus anda terima/tanggung) dari dosa2 atau perbuatan2 anda yang salah itu. Hal2 itu terjadi kepada anda bukan karena Tuhan tidak/belum mengampuni Anda. Hal2 itu masih akan terjadi juga kepada anda, walaupun Tuhan sudah mengampuni Anda (dan faktanya Tuhan memang sudah mengampuni Anda!). Jadi, hal2 itu terjadi bukan karena Tuhan marah kepada anda (atas dosa2 anda itu).

Ada Pengecualiannya!

Tentu saja, ada kalanya pada orang2 tertentu atau untuk kasus2 yang tertentu Tuhan meniadakan konsekwensi2 dari dosa2 kita dalam bidang horizontal kita. Dengan kata lain, pada kasus itu kita tidak dibiarkan menuai dari taburan kita yang buruk. Mis: Karena kecerobohan kita sendiri, harusnya kita mengidap sakit-penyakit tertentu, tapi oleh intervensi dari Tuhan hal itu tidak terjadi pada kita. Hal yang seperti ini bisa dibagi ke dalam dua bagian besar, sbb:
  1. Providensia Allah (Pertolongan2 Tuhan yang secara agak umum)
  2. Mujizat (dari Tuhan).
Sebagian orang akan menyebut kedua jenis pertolongan Tuhan itu sebagai "mujizat". Saya sendiri lebih cenderung menyebut sesuatu itu sebagai "mujizat" kalau peristiwa atau kejadiannya bersifat sekejap mata dan spektakuler. Misalnya, dalam kasus kesembuhan: Orang yang sudah nyata2 buta atau lumpuh dari sejak lahirnya, tiba2 bisa melihat atau berjalan pada seketika itu juga. Peristiwa2 atau kejadian2 yang seperti inilah yang saya sebut sebagai mujizat. Tapi kalau misalnya seseorang yang katanya mengidap penyakit jantung, lalu didoakan, dan setelah doa itu katanya dia merasakan suatu "perubahan" dan merasa keadaanya semakin "membaik". Sorry ya, untuk hal yang seperti ini saya tidak akan menyebutnya sebagai mujizat!

Masalahnya, yang namanya intervensi dari Tuhan itu adalah sesuatu yang diberikan atas dasar kedaulatan-Nya semata. Tidak ada upaya2 yang bisa kita lakukan untuk "membujuk" Tuhan agar bersedia memberikan intervensi-Nya itu kepada kita (atau untuk kasus kita yang tertentu). Tidak ada kiat, cara, teknik, trick, atau "rahasia" yang bisa anda temukan atau pelajari untuk bisa "sukses" dalam hal ini. Walaupun kita diperbolehkan (dan dianjurkan!) untuk berdoa...memohonkan campur-tangan-Nya dalam kasus2 tertentu. Tapi, tidak ada doa--yang bagaimana pun itu!--yang akan berfungsi sebagai "pembujuk" bagi Tuhan. Berdoa adalah sebuah kewajaran dari pihak kita kepada Tuhan, tapi doa bukanlah sebuah cara bagi kita untuk bisa "memanipulasi" Tuhan... supaya Dia tunduk kepada kemauan kita. Dia tetap hanya akan menjawab/mengabulkan doa2 kita berdasarkan pertimbangan kebijaksanaan dan kehendak-Nya sendiri. Dan adalah sebuah keniscayaan belaka, bahwa akan ada doa2 kita yang dikabulkan-Nya dan akan ada pula doa2 kita yang tidak akan dikabulkan-Nya (dan itu tidak harus selalu dilihat dari sisi kekurangan/kelemahan dari doa2 atau orang2 yang berdoa itu!).

Tujuan dari Membagikan tentang Hal Ini

Menegaskan kebenaran yang mengatakan bahwa "seluruh dosa kita sudah diampuni" tentu saja hal itu bisa membawa akibat akan adanya orang2 tertentu yang menyalahgunakannya, misalnya dengan menjadikan hal itu sebagai alasan bagi mereka untuk terus hidup (bercokol) di dalam dosa2 mereka. "Toh, kita kan sudah diampuni oleh Tuhan dari seluruh dosa kita (baik dosa2 yang dulu, yang sekarang, maupun yang akan datang). Jadi, marilah kita berbuat dosa dengan sepuas-puasnya!" Dan hal itu menyebabkan sebagian orang berpikir, bahwa kita perlu untuk membuat sesuatu yang berguna untuk mencegah atau menghalangi (atau menakut-nakuti) orang2 dari melakukan penyalahgunaan itu.

Saya sendiri tidak setuju dengan pemikiran untuk maksud pencegahan itu tadi. Dan sejujurnya, tulisan ini tidaklah saya maksudkan untuk tujuan pencegahan yang seperti itu. Sebab saya percaya, kebenaran itu harus dibukakan secara apa adanya, blak-blakan, tidak ditahan-tahan atau ditutup-tutupi pada bagian yang mananya pun! Terserah, apakah orang2 yang menerimanya akan menerimanya dengan tulus dan penuh penghargaan terhadapnya, atau menerimanya untuk menyalahgunakannya. Kebenaran itu haruslah terbuka untuk kedua kemungkinan itu.

Jadi, kalau bukan untuk maksud "mencegah" itu tadi, apakah yang menjadi tujuan saya dengan membagikan tentang hal ini (yaitu dengan membukakan tentang masih tetap adanya konsewensi horizontal dari dosa2 kita, sekalipun kita sudah diampuni oleh Tuhan)?

Dengan membagikan tentang hal ini tujuan saya tidak lebih dari hanya memberikan informasi yang benar atau sebagaimana adanya saja bagi anda sekalian. Sebagai seorang pengajar Kekristenan, saya akan bersalah kalau saya tidak memberitahukan kepada anda mengenai hal ini (sama salahnya, jika saya tidak memberitahukan kepada anda bahwa seluruh dosa anda sudah diampuni oleh Tuhan). (Saya tahu, bahwa kebenaran tentang hal ini tidak terlalu menyenangkan bagi kebanyakan kita. Kita semua tentunya jauh lebih suka menerima kebenaran yang mengatakan "seluruh dosa kita sudah diampuni." Tapi, kebenaran adalah tetap kebenaran... dan kita tidak akan beruntung kalau kita menolaknya atau mengabaikan satu pun dari antaranya! Sambutlah semua kebenaran--yang mana pun itu!--dengan sikap yang sama: menerimanya dengan tulus dan penuh penghargaan.) Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar