Rabu, 19 Oktober 2016

Zakheus, Si Gangster

Bagaimanapun juga, Yesus tidak memiliki sebuah sistem rating bagi dosa. Ia mau menerima siapapun, mengasihi siapapun. Hal ini paling terbukti dalam kisah Zakheus si pemungut cukai.

Saya harus memberitahu terlebih dahulu bahwa ketika saya membaca kisah-kisah Alkitab, semua karakter utamanya memiliki aksen. Ini perkiraan saya saja.

Zakheus, dalam pikiran saya, sedikit seperti gangster. Jika Anda tidak bisa membaca dialognya dengan sedikit berlagak, Anda dan saya tidak akan “nyambung” dengan baik untuk beberapa halaman selanjutnya. Anda mungkin perlu mendengarkan beberapa album hip-hop dan mencoba lagi.

Kalau-kalau Anda tidak tahu kisahnya, Zakheus adalah seorang pemungut cukai. Sebenarnya, ia adalah kepala pemungut cukai. Ia juga benar-benar pendek. Itu penting.

Inilah kisahnya, langsung dari Alkitab:

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab  badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”
Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang  hilang.” (Lukas 19:1-10)

Latar belakang kisah yang menarik: orang-orang Israel di zaman Yesus memandang para pemungut cukai sebagai pencuri dan calo. Para pemungut cukai adalah orang-orang Yahudi yang bekerja untuk pemerintah Roma, yang menguasai Israel pada waktu itu. pekerjaan mereka adalah memungut pajak dari orang-orang mereka sendiri dan menyerahkan uangnya kepada penguasa asing yang dibenci. Pendapatan mereka sendiri berasal dari apa pun yang bisa mereka dapatkan dari orang-orang setelah mereka memenuhi kuota pemerintah Romawi. Jadi Zakheus bersama teman-teman pengkhianat sesama pemungut cukai akan mengenakan jumlah pajak yang tinggi. Zakheus adalah seorang penipu ulung, seorang penggelap pajak. Ia mengambil uang dari wanita-wanita tua yang kecil. Ia adalah seorang pencuri.

Saya kira Zakheus sama dengan budaya populer saat ini. Saya pikir dia suka nampang; ia suka beraksi. Ketika mereka menggelar karpet merah dan kamera-kamera bermunculan, Zakheus akan ada di sana, dengan wanita di samping kanan-kirinya, memandang melalui kacamata hitamnya kepada para kru televisi. “Hei, kalian semua.” Ketika ia mengadakan konferensi pers, ia berbicara tentang dirinya dalam orang ketiga.

Zakheus adalah orang yang pendek, tapi jangan tertipu oleh tinggi badannya. Ia punya banyak uang. Pada beberapa waktu, bertahun-tahun sebelumnya, ia telah direkrut oleh orang-orang Roma. Ia mungkin sedikit luar biasa. Ia memulai sebagai seorang asisten pemungut cukai. Setelah membuktikan bahwa ia cukup baik, ia dipromosikan menjadi pemungut cukai. Akhirnya, kita menemukan dia dalam kisah ini, ia telah menjadi kepala pemungut cukai. Ia kemungkinan mengawasi seluruh pajak daerah dan sebuah geng kecil para pemungut cukai yang memberikan dia sebagian dari apa yang mereka ambil.

Ini membuat Zakheus ditolak habis-habisan. Namanya dikenal buruk. Berapa lama ia telah melakukan ini? Lima tahun? Lebih lama dari itu–ia adalah kepala pemungut cukai. Sepuluh tahun? Dua puluh?

Saya pikir ia tidak keberatan kalau dibenci. Bahkan, saya kira ia mencintai hidup. Ia naik ke rumahnya yang besar, memandang kota dari atas, bersantai di kolamnya yang besar, dengan para pelayan mengipasi dia dan menjatuhkan anggur ke dalam mulutnya.

Setiap orang takut kepada dia sekarang. Tentu saja, mereka membenci dia–tapi paling tidak mereka menghormati dia. Waktu di sekolah dasar, tak seorang pun memilih orang yang pendek. Tetapi sekarang, mereka takut terhadap pria kecil itu. Zakheus adalah orang besar di bloknya. Kabar anginnya adalah, Yesus mungkin adalah Mesias yang dijanjikan. Zakheus telah bertumbuh dalam budaya Yahudi, dan ia pasti sudah tidak asing lagi dengan nubuatan-nubuatan. Tak diragukan lagi, ia telah mendengar bahwa suatu hari akan datang seorang Mesias. 

Sekarang Yesus sedang melewati kota itu, dan Zakheus berkata, “Aku akan memeriksa orang ini. Ia memiliki banyak pengikut; banyak orang membicarakan dia. Aku penasaran.

Saya ragu Zakheus berpikir, "Wow, aku berharap Yesus menyelamatkanku." Menyelamatkan dia dari apa? Rumahnya yang besar? Semua wanita yang mencintai dia?

Tidak, dia hanya ingin memeriksa pria yang populer itu. Apa yang dipikirkan Zakheus hanyalah tentang status. Anda tidak menjadi seorang pemungut cukai dan kemudian seorang kepala pemungut cukai, dan tidak menyukai uang dan status. Ia terkenal dalam artian negatif, tapi ia terkenal.

Yesus mulai melintasi jalanan. Orang-orang berbaris di jalan-jalan, berusaha melihat Dia sekilas, dan Zakheus sadar kalau dia tidak bisa melihat melalui kerumunan orang. Kerumunan orang begitu banyak, katanya dalam hati. Aku tidak akan bisa melihat orang ini.

Zakheus adalah seorang yang inovatif, yang terbiasa membuka jalan bagi dirinya sendiri. Jadi ia menyentakkan jubahnya yang gemerlap dan berlari ke depan, dengan rantai-rantai emas berdentingan, dan ia memanjat sebuah pohon ara.

Ia dapat melihat awan debu dan semua orang yang berdesak-desakan di sekeliling Yesus. Anda akan berpikir kalau Dia adalah Justin Bieber atau semacam itu. Ia menyusuri jalanan, dan tiba-tiba–Zakheus rasanya tidak percaya kalau ini adalah hari keberuntungannya–Ia berhenti tepat di samping pohon yang dipanjat pria kecil itu.

Ini dia, pikirnya. Aku bisa memeriksa orang ini dari atas sini; mungkin mendengarkan apa yang akan Ia katakan. Kemudian, Zakheus sangat terkejut, Yesus memandang dia yang ada di atas. Yesus memanggil namanya. “Zakheus.

Apa? Bagaimana Kau bisa mengenalku? Aku tidak mengenal-Mu. Siapa yang memberitahu-Mu tentang aku?

Mereka mengatakan bahwa suara terindah bagi telinga manusia adalah suara namanya sendiri. Allah memanggil nama orang yang ditolak, egois, dan keras ini: “Zakheus, turunlah, Aku akan ke rumahmu–sekarang juga.

Apa benar? Hmm, baiklah. Ya.”

Zakheus menikmati momen tersebut. Semua pemuka agama Yahudi yang terhormat menginginkan semenit bersama Yesus, suatu anggukan, dan jabatan tangan. Namun sekarang, kepala pemungut cukai–orang yang paling buruk di tempat itu–mendapatkan sebuah undangan pribadi.

Saya pikir ia memandang setiap orang dan berkata, “Apa kabar, kalian semua?” Ia memberi kabar kepada semua sahabatnya dan semua pemungut cukai kaki tangannya untuk mampir dan menemui Yesus. Ini adalah momennya untuk menjadi pusat perhatian.

“Aku akan mengganti semuanya”

Tetapi sore itu, sesuatu yang tak terduga dan tak dapat dijelaskan mulai terjadi dalam hati Zakheus. Berapa lama dia bertemu dengan Allah yang hidup? Dua jam? Empat jam? Kita tidak tahu. Apa yang mereka bicarakan? Kita hanya bisa menebak.

Kita bisa beranggapan kalau mereka makan bersama dan Yesus mungkin banyak mendengarkan. Zakheus pasti berpikir, Tak seorang pun yang mendengarkan aku, kecuali beberapa orang yang bekerja untukku. Tapi orang ini peduli. Ia mendengarkan. Ia mengerti.

Saya bisa membayangkan Zakheus menatap mata yang paling penuh belas kasihan yang pernah ia lihat dan berpikir, Apakah Yesus tahu siapa aku? Apakah Ia tahu siapa yang ada di sekeliling meja makanku? Apakah Ia tahu apa yang kami lakukan untuk mencari nafkah? Apakah Ia tahu ikannya dibeli dengan apa? Apakah Ia tahu bagaimana aku membayar untuk rumah ini? Ia pasti tahu… tapi Ia tidak menolakku.

Setelah beberapa jam bersama Yesus, Zakheus tidak tahan lagi. Tiba-tiba, ia berdiri, tampak kewalahan dengan siapa Yesus ini. Di depan keluarganya, teman-teman sebaya, dan para pegawainya, ia berkata tanpa berpikir, “Aku akan mengganti semuanya!

Apa?

Aku akan mengganti semuanya, Yesus. Aku akan mulai memberikan uangku. Bahkan aku akan mengembalikan kepada semua orang yang pernah aku tipu sebesar empat kali lipat dari yang telah aku curi.

Bos besar yang lapar uang dan tidak punya perasaan ini akan bangkrut, tapi ia bahkan tidak peduli. Sebuah momen bersama Yesus mengubah segalanya.

Saya bertanya-tanya apa yang Yesus katakan di suatu sore yang singkat itu yang mengubah seorang pengambil seumur hidup menjadi seorang pemberi yang murah hati. Tetapi bukan itu inti dari perikop ini. Saya pikir Alkitab melewatkan apa yang mereka bicarakan karena kita pasti akan mencoba menjadikan pembicaraan mereka sebagai suatu resep atau sebuah program. Ini bukan tentang apa yang Zakheus bicarakan. Ini tentang bersama siapa Zakheus berbicara. Ini tentang bersama dengan Yesus.

Apa yang mengubah Zakheus? Prinsip Alkitab? Pengabdian pribadi? Tugas dan perbuatan agama? Tidak–hanya beberapa saat bersama dengan Allah yang menjadi manusia. Bahkan tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa ada seseorang yang memberitahu Zakheus kalau ia perlu bertobat atau mengembalikan uangnya. Tetapi sesuatu menyentuh orang ini ketika ia berjumpa dengan Yesus.

Bergegas turun

Kebenarannya, saya adalah Zakheus. Tubuh saya mungkin tidak pendek, tapi kerohanian saya pendek. Kemampuan dan kapasitas saya dangkal. Bahkan sekalipun saya ingin mendekat kepada Yesus, sekalipun saya ingin melihat Yesus, saya tidak bisa melihat melampaui diri saya sendiri. Saya tidak bisa melihat melampaui dosa saya, melampaui pengalihan-pengalihan saya, melampaui ego saya.

Bagaimana caranya kita mencoba menjangkau Yesus? Kita berlari lebih cepat dan kita memanjat pohon perbuatan-perbuatan agamawi. Kita berpikir, Saya akan sampai kepada Yesus. Saya akan mengesankan Yesus dengan siapa saya.

Saya percaya kebanyakan orang memiliki rasa ketidakcukupan dan kegagalan di kedalaman diri mereka. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba atau apa yang mereka capai, mereka tahu bahwa mereka berada di sebuah tempat yang gelap. Mereka pendek dalam pengertian rohani. Mereka telah berdosa dan gagal memenuhi standar kemuliaan Allah. Jadi mereka berpikir, Saya akan berlari lebih cepat, saya akan berlari ke depan, saya akan menemukan sebuah pohon dan memanjatnya, dan saya akan mendapatkan perhatian Allah. Seakan-akan tindakan Anda berlari dan memanjatlah yang membuat Allah memperhatikan Anda!

Bukan itu yang menyelamatkan Zakheus, tapi belas kasihan. Kasih karunia Allah. Inisiatif Allah.

Kita pikir Tuhan berhenti dan memperhatikan kita karena Ia melihat kita di atas, di pohon ara kita yang kecil. Kita pikir itu karena kita sangat baik. “Lihat, saya membuat Allah memperhatikan saya. Apakah kau melihatnya? Itu karena saya berdoa begitu keras, karena saya berdoa begitu banyak, karena saya datang ke gereja.

Tetapi bukan itu alasan Yesus berhenti hari itu. Ia berhenti atas pilihan-Nya sendiri. Ia berhenti karena Ia murah hati dan Ia baik. Ia berhenti karena Ia sangat mengenal Zakheus, sama seperti Ia mengenal saya dan mengenal Anda.

Yesus menyuruh Zakheus untuk bergegas dan Ia memberitahu kita hal yang sama. “Bergegaslah turun dari agama. Bergegaslah turun dari tradisi. Berhenti berusaha mengangkat dirimu sendiri. Hanya kasih karunia-Ku yang bisa menyelamatkanmu. Turunlah, dan datanglah sekarang. Jangan habiskan waktu lainnya atau hari lainnya dengan memercayai dirimu sendiri. Aku ingin bersamamu hari ini.

Sementara Zakheus berbicara, Yesus pasti senyum-senyum sendiri. Tetapi sekarang Ia mengeluarkan pernyataan-Nya. “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini. Zakheus adalah anak Abraham, seorang Yahudi sejati.

Zakheus tercengang. Ia adalah contoh murni seorang pengkhianat, orang yang buruk, kebalikan dari orang Yahudi yang baik. Karena sepanjang yang bisa ia ingat, ia telah berada di luar melihat ke dalam. Sekarang ia berada di dalam? Sekarang ia adalah orang yang baik? Saya harap saya bisa melihat wajah teman-temannya. Jika ada harapan bagi Zakheus, maka pasti ada harapan bagi saya juga!

Kemudian Yesus menyimpulkan misi hidup-Nya: “Aku ada di sini untuk menemukan dan menolong orang-orang yang terhilang. Itulah sebabnya Aku datang.

Orang-orang Farisi berpikir sang Mesias hanya datang untuk beberapa orang pilihan, untuk orang-orang yang dikuduskan, untuk orang-orang agamawi. Tetapi Yesus mengatakan berulang-ulang kali bahwa Ia datang untuk mereka yang hancur, yang buruk, yang kecanduan, yang terikat, yang tersesat, yang terhilang, yang terluka.

Terkadang kita seperti Zakheus. Kita telah berkubang dalam dosa begitu lama. Kita memiliki masalah, kelemahan, dan kecenderungan untuk melakukan hal yang salah. Kita tak berdaya, tak berpengharapan. Kita berpikir, Bahkan Yesus pun tidak bisa membebaskan saya. Lagi pula, kita telah mencoba sekeras mungkin dan tidak ada apa pun yang berubah. Lagi pula, Ia tidak akan melihat ada apa pun yang berharga dalam diri kita untuk layak diselamatkan.

Mungkin Anda memiliki dosa tersembunyi: sebuah hubungan gelap delapan tahun yang lalu yang tidak diketahui siapapun bahkan pasangan Anda. Mungkin Anda memiliki sesuatu yang mengendalikan hidup Anda, seperti kecanduan alkohol atau beberapa kecanduan lainnya. Orang-orang telah memberitahu Anda bahwa Anda tidak akan pernah berubah, dan Anda mulai memercayai mereka.

Yesus bukan penuduh Anda. Ia bukan pendakwa Anda. Ia bukan hakim Anda. Ia adalah teman Anda dan penyelamat Anda. Seperti Zakheus, habiskan saja waktu dengan Yesus. Jangan bersembunyi dari Dia dengan rasa malu atau menolak Dia dengan kebenaran diri. Jangan izinkan pendapat orang lain membentuk konsep Anda tentang Dia. Kenali Dia sendiri, dan biarkan kebaikan Allah mengubah Anda dari dalam ke luar.


(Dicuplik dari bab 1 buku "Jesus Is... " by Judah Smith, versi Indo. "Yesus Adalah..." oleh LIGHT PUBLISHING)