Sabtu, 12 Maret 2016

Kasih Karunia Bukanlah Penawaran dari Allah, Tapi Kuasa Allah yang Bekerja atas Kita

Masih banyak orang Kristen (bahkan mereka yang sudah lama terlibat aktif dalam pelayanan Kristen, bahkan sebagai Pendeta) yang melihat/memahami anugerah/kasih karunia Allah itu hanyalah sebagai sebuah penawaran dari pihak Allah kepada kita. Padahal ini adalah pemahaman yang sangat dangkal tentang anugerah/kasih karunia Allah. Betapa kasih karunia Allah itu menjadi sedemikian diturunkan derajadnya jika itu hanya dilihat sebagai sebuah penawaran semata--seolah-olah kasih karunia itu disamakan saja dengan pemberian2 dari manusia.

Nah, kalau Kasih karunia itu bukanlah (hanya) sebuah penawaran (dari pihak Allah kepada kita), lalu apakah sesungguhnya kasih karunia itu? Kasih karunia tidak lain adalah kuasa Allah yang bekerja atas atau di dalam diri objeknya. Yesus Kristus adalah perwujudan (personifikasi) dari kasih karunia Allah. Dan kita tahu bahwa Yesus bukanlah (hanya) penawaran dari pihak Allah kepada kita (manusia) tapi adalah Allah sendiri yang bekerja (God in action) untuk menyelamatkan kita.

Dalam kaitan dengan ini penting untuk dijelaskan bahwa apa yang kita dapatkan dari Yesus, yang utamanya, bukanlah pernyataan2 atau ajaran2 (yang sempat diberikan-Nya dalam beberapa kesempatan di masa hidupnya), tapi adalah perbuatan-Nya atau pekerjaan-Nya ketika Dia menjadi korban pengganti (mati) bagi kita di salib.

Ada kesalahpahaman (dan kesalahan dalam pengajaran2) tentang Yesus, yang juga harus dijelaskan/diluruskan sekarang ini. Berdasarkan beberapa ayat Alkitab yang menerangkan tentang adanya orang2 yang menerima dan juga yang menolak Yesus (mis: Yohanes 1:11-12) ditariklah kesimpulan dari sana bahwa Yesus diberikan oleh Allah sebagai penawaran dari pihak Allah kepada kita. Jadi, seolah-olah Allah sedang mengatakan begini: "Kalau kalian mau diselamatkan, terimalah Yesus sebagai Juruselamat kalian; tapi kalian bisa juga menolak-Nya, kalau kalian tidak ingin untuk diselamatkan." Itu jelas adalah sebuah kesimpulan yang sangat bodoh atau dangkal.

Adanya orang2 yang menerima dan yang menolak Yesus adalah fakta dan realita (atau peristiwa) yang terjadi di dunia ini. Dan, secara fenomenanya, hal itu adalah apa yang bisa dilihat oleh manusia atau apa yang terlihat dari sisi luarnya saja. Pemeriksaan terhadap suatu gejala atau peristiwa seharusnya tidak berhenti hanya sampai di situ saja (hanya sampai pada pengamatan dari sisi luarnya saja). Kalau kita hendak memahami dengan lebih baik/akurat mengenai suatu peristiwa, haruslah kita masuk lebih jauh lagi ke sisi sebelah dalamnya, dan mencari tahu dari sana: apa sesungguhnya yang membuat/menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Sebab memang sisi sebelah dalam itulah yang jauh lebih menentukan untuk terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa itu.

Nah, mari kita bawa hal itu kepada fenomena tentang adanya orang2 yang menerima Yesus (dan yang menolak Yesus) dan menanyakan begini: Apa yang membuat atau yang menyebabkan orang (bisa) menerima Yesus? Pertanyaan itu mungkin akan bisa lebih dipertajam jika ditanyakan lagi begini: Bisakah manusia berdosa, dengan dirinya sendiri, memilih untuk menerima Yesus?

Di sini kita diperhadapkan dengan ajaran Alkitab yang mengatakan bahwa manusia berdosa itu semuanya sudah mati secara rohani--mati dalam dosa (band. Kej.2:17; Ef 2:1-5). Nah, kalau kita menerima/mempercayai ajaran Alkitab itu (bahwa manusia berdosa sudah mati secara rohani) maka kitapun sudah bisa menyimpulkan bahwa kalau seseorang (bisa) menerima Yesus, hal itu bukanlah karena dia sendiri yang memilih untuk melakukannya (menerima Yesus). Sebab hal menerima Yesus itu adalah suatu respons/kegiatan rohani. Sedangkan, orang yang sudah mati secara rohani pastilah sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi secara rohani (persis seperti orang2 yang mati secara jasmani sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi secara jasmani!).

Karena itu sekarang harus disimpulkan begini:

Allah tidak pernah memberikan Yesus kepada manusia sebagai sebuah penawaran, agar kita bisa menentukan pilihan kita untuk-Nya: menerima atau menolak-Nya. Sebab Allah sangat menyadari bahwa semua manusia berdosa sudah mati secara rohani. Menghadapkan pilihan kepada mayat2 hanyalah tindakan yang bodoh dan bahkan suatu kegilaan! Allah tentu tidak seperti itu. Karena itu, adanya manusia yang menerima (dan yang menolak) Yesus, tidak bisa dilihat sebagai pembuktian/pembenaran untuk teori penawaran oleh Allah itu. Sebab sesungguhnya hal itu tidak lain hanyalah manifestasi yang wajar dari orang2 yang diberi kasih karunia dan yang tidak diberi kasih karunia. Siapapun yang diberi kasih karunia (cepat atau lambat!) dia pasti akan menerima Yesus; siapapun yang tidak diberi kasih karunia (sampai kapanpun!) dia tidak akan menerima Yesus.

Begitu sajalah dulu uraian tentang kasih karunia yang bukan merupakan sebuah penawaran ini, ya... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar