Rabu, 31 Agustus 2016

Beberapa Catatan dari Saya untuk 1 Yohanes 1:9


Dalam usaha dari orang-orang tertentu untuk memberikan dukungan terhadap praktik dan ajaran tentang "minta ampun" kepada Tuhan, selain dengan mengacu kepada "doa Bapa kami" (Mat 6:9-14), biasanya mereka juga mengacu kepada ayat 1 Yohanes 1:9.

Untuk kasus "doa Bapa kami" saya sudah membantahnya dengan mengajukan soal perbedaan antara ajaran-ajaran Yesus atau kebenaran2 sebelum salib dan kebenaran2 setelah salib. Sebenarnya untuk kasus yang ini pun cara yang sama itu (atau yang masih terkait dengan itu) masih akan cocok juga untuk diterapkan. Tapi di sini saya merasa tidak perlu untuk langsung mengeluarkan "senjata pamungkas" itu, sebab sebenarnya hanya dengan memperhatikan teksnya secara biasa saja pun, sudah bisa diberikan bantahan yang cukup memadai untuk itu. Karena itu di sini saya hanya akan membagikan beberapa catatan saja dari saya untuk meng-clear-kan permasalahannya.

Inilah beberapa catatan dari saya:


1. "Mengaku dosa" tidak sama dengan "minta ampun"

"Mengaku dosa" hanyalah dengan jujur menerima keadaan kita sebagai manusia yang sudah berdosa di hadapan Tuhan (atau sebagai orang yang sudah jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang berdosa). Sedangkan "minta ampun" berarti kita memohonkan (kepada Tuhan) supaya kiranya Dia berkenan untuk mengampuni kita dari dosa-dosa kita (atau dari dosa tertentu yang sudah kita perbuat).

Seseorang mungkin akan berkilah begini: "Ketika seseorang itu mengakui dosanya kepada Tuhan, tentulah itu akan dilanjutkan dengan meminta pegampunan dari Tuhan atas dosanya itu."

Tapi, bagaimana pun, itu hanyalah asumsi belaka... atau hanyalah sesuatu yang kita tambahkan (dari luar) kepada ayat itu. Sebab, yang pasti, di dalam ayat itu sama sekali tidak ada membicarakan tentang meminta pengampunan kepada Tuhan.

Jadi, ayat ini hanyalah membicarakan tentang "mengaku dosa" dan tidak ada membicarakan tentang meminta pengampunan kepada Tuhan. Bahkan kalau diperiksa ke seluruh konteksnya, kita juga tidak akan menemukan adanya singgungan tentang "minta ampun" kepada Tuhan di sana. Saya tidak tahu, entah dari mana orang-orang kok ujuk-ujuk'mengaitkan ayat ini dengan praktik atau ajaran tentang "minta ampun" kepada Tuhan.


2. Konteksnya di sini adalah "persekutuan"

Jika kita membaca ayat itu di dalam konteksnya kita akan mengetahui bahwa poin besar yang sedang dibicarakan di sana adalah tentang "persekutuan" (lih: ayat 3, 6, 7). Sebuah persekutuan itu memerlukan keterbukaan satu sama lain.

"Mengaku dosa" dalam kontek "persekutuan" maknanya tidak lain hanyalah begini: Sebagai orang Kristen, harusnya kita tidak perlu untuk menututup-nutupi keadaan kita. Sebab untuk apa kita masih menutup-nutupi keadaan kita, sedangkan kita memiliki Yesus Kristus yang sudah menanggung dan menghapus seluruh dosa dan ketidakbenaran kita dengan darah-Nya yang sudah tercurah di salib? Dengan kenyataan itu sebenarnya alangkah wajarnya kalau kita (yaitu sesama orang percaya) sekarang ini hidup dalam keterbukaan, tidak menyembunyikan apapun yang menjadi keadaan kita itu.


3. Yohanes tidak pernah mengajarkan praktik "mengaku dosa" itu sebagai sebuah ritual

Seperti yang sudah kita lihat dari poin yang sebelumnya, "mengaku dosa" di sini adalah dalam konteks "persekutuan"...dan berbicara "persekutuan" itu adalah berbicara tentang kehidupan (interaksi antar pribadi). Jadi bukan sesuatu yang mekanistik atau ritualistik.


4. Mengakui dosa bukanlah sebuah syarat untuk menerima pengampunan dosa

Kesalahpahaman ini nampaknya disebabkan oleh kata "jika" yang digunakan di sini. Apa lagi kalau kita hanya terpaku pada terjemahan seperti yang dibuat oleh LAI... maka akan terlihat sebagai sesuatu yang sudah sangat jelas bahwa itu adalah sebuah syarat. (Saya lebih suka dengan versi terjemahan KJV: "If we confess our sins, he is faithful and just to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness.")

Pertimbangkan ini: Kalau kita mengartikan kata "jika" di sini sebagai syarat, itu berarti kita juga harus mengartikan pengampunan Tuhan kepada kita adalah (hanyalah!) sebagai sebuah janji.

Apakah benar pengampunan Tuhan untuk dosa-dosa kita masih merupakan sebuah janji belaka?

Jelas, saya akan membantah hal itu. Sebab sesungguhnya, Yesus SUDAH mati disalibkan bagi kita. Dan kematian-Nya itu adalah UNTUK DOSA2 KITA (yang sudah lalu, yang sekarang, dan yang akan datang). Ini bukan lagi SEBUAH JANJI. Tapi ini adalah FAKTA YANG SUDAH TERJADI... lebih dari 2000 tahun yang lalu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar