Senin, 04 Juli 2016

"Hyper-Grace" Versus "Mix-Grace"


Apakah perbedaan yang pokok dan paling mendasar antara kaum (yang disebut sebagai penganut) "hyper-grace" dengan pihak yang menentangnya (bisa disebut sebagai penganut "mix-grace")?

Apakah karena yang satu mementingkan 'grace' dan yang lainnya tidak mementingkan 'grace'?

Bukan begitu. Sebab sebenarnya keduanya sama-sama melihat 'grace' itu (sangat) penting.

Tapi, perbedaan yang sesungguhnya itu adalah karena yang satu (penganut "hyper-grace") melihat/menjadikan 'grace' sebagai satu-satunya asas untuk keselamatan dan hubungan kita dengan Tuhan. Sedangkan yang lainnya (penganut "mix-grace") melihat 'grace' hanyalah sebagai salah satu unsur yang (sangat) penting untuk keselamatan dan hubungan kita dengan Tuhan.

Para penganut "mix-grace" akan mengatakan kira-kira seperti yang berikut ini.

"Saya setuju dengan kasih karunia, tapi jangan cuma kasih karunia doang lah! Kasih karunia itu sangat kita perlukan dalam kerohanian kita, tapi tidak cukup kalau hanya kasih karunia saja. Harus disertai juga dengan yang lain-lainnya lagi."

Max Lucado mengungkapkannya begini:
“Bukannya [orang-orang Kristen tertentu...] tidak percaya sama sekali pada kasih karunia. Mereka percaya. Mereka sangat percaya akan kasih karunia. Mereka hanyalah tidak percaya pada kasih karunia sendiri saja [tanpa disertai dengan yang lain-lainnya].”
--WwvvvvvvvvvwW--
“It wasn’t that [certain Christians...] didn’t believe in grace at all. They did. They believed in grace a lot. They just didn’t believe in grace alone.”
~Max Lucado ("Grace: More Than We Deserve, Greater Than We Imagine")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar