Senin, 08 Agustus 2016

Dorongan untuk Lebih Mengacu kepada Ajaran-ajaran Yesus Ketimbang Ajaran-ajaran Paulus adalah sebuah Pembodohan!


Ada beberapa kalangan (di lingkungan keagamaan) sekarang ini yang nampaknya sedang menggalang suatu gerakan, yang tujuannya terfokuskan kepada satu nama (untuk diserang atau dijelek-jelekkan), yaitu: Paulus. Saya akan menyebut gerakan itu sebagai "gerakan pembusukan nama Paulus."

Salah satu yang ingin dicapai oleh gerakan itu adalah supaya kita (orang-orang Kristen) lebih mengacu kepada ajaran-ajaran Yesus (yang dicatat dalam ke-empat kitab Injil di Alkitab) ketimbang kepada ajaran-ajaran Paulus (yang terdapat di dalam surat-suratnya, yang tercantum di Alkitab kita). Orang-orang di dalam gerakan ini didorong oleh atau bergerak berdasarkan asumsi (dan/atau jalan pikiran) yang keliru, yang isinya kira-kira begini:

Yesus tentunya jauh lebih tinggi/mulia (dalam segalanya) ketimbang Paulus. Jadi, ketika Paulus mengajarkan hal yang berbeda dari apa yang diajarkan oleh Yesus, maka sudah sepatutnya kita lebih menerima apa yang diajarkan oleh Yesus ketimbang apa yang diajarkan oleh Paulus.

Sepintas kedengarannya apa yang mereka asumsikan itu sudah benar dan tidak mungkin untuk dibantah lagi. Tapi itu hanyalah hasil penangkapan yang sepintas saja. Sebab, seperti yang saya katakan di atas, itu adalah "asumsi yang keliru" dari mereka.

Mengapa saya menyebutnya sebagai "asumsi yang keliru"? Saya menyebutnya begitu karena yang sesungguhnya adalah....

  • Paulus adalah seorang rasul Yesus....seorang rasul yang khusus (kepada bangsa-bangsa di luar Israel) dan dengan tugas yang khusus pula (memberitakan Injil kasih karunia). Yesuslah yang memanggilnya dan memberikan tugas yang khusus itu kepadanya. Jadi, saat membagikan pengajaran-pengajarannya, Paulus hanyalah seorang yang menjalankan tugas sebagaimana yang diamanatkan (oleh Yesus) kepadanya. Karena itu mempertentangkan Paulus dengan Yesus adalah sesuatu yang terlalu dibuat-buat atau hanyalah permasalahan yang dicari-cari belaka... atau hanyalah karena ketidaktahuan semata (tentang adanya semacam "pembagian tugas" yang diemban oleh masing-masing dari kedua tokoh tersebut pada masa dan konteks, di mana mereka masing-masing menjalankan tugasnya).
  • Paulus adalah seorang rasul yang setia dan tidak ada catatan yang buruk/negatif tentangnya di dalam Akitab--sejauh yang menyangkut pelaksanaannya atas tugas/amanat yang diembannya dari Yesus. Kecuali di Alkitab ada catatan yang buruk tentang Paulus, terkait dengan ajaran-ajarannya, kita boleh mencurigainya dan ajaran-ajarannya itu. Tapi karena catatan buruk yang demikian itu sama sekali tidak terdapat di Alkitab, maka sudah semestinya setiap kecurigaan yang tertuju kepada ajaran-ajaran Paulus harus kita lihat sebagai racun yang ditebarkan oleh pihak lawan di antara kita. Ketimbang merangkul kecurigaan yang tidak pada tempatnya itu, seharusnya kita, dengan agresif, memeranginya dari antara kita.
(Catatan: Perkataan Petrus di 2 Petrus 3:15-16 memang sedikit berbau "tendensius" dari pihak Petrus, sebagai wakil rasul-rasul yang bertugas di antara orang-orang Israel. Tapi walau bagaimanapun itu bukanlah sebuah catatan yang buruk tentang Paulus dan ajaran-ajarannya. Itu hanyalah patut kita lihat sebagai sebuah konfirmasi saja untuk kita sekarang ini, yaitu bahwa dari sejak awalnya sudah ada resistensi terhadap Paulus dan ajaran-ajarannya di lingkungan jemaat yang berlatarbelakang agama Yahudi. Motifnya bisa jadi kedengkian, tapi kebanyakannya adalah karena kesalahpahaman mereka belaka terhadap Paulus dan misi khusus yang diembannya).
  • Yesus dan Paulus berbicara kepada umat yang berbeda (dan yang sudah berada di bawah Perjanjian yang berbeda pula!). Sementara Yesus berbicara kepada umat yang masih berada di bawah Perjanjian Lama, Paulus berbicara kepada umat yang sudah berada di bawah Perjanjian Baru. Jadi, tentulah tidak mengherankan kalau keduanya mengatakan/mengajarkan hal-hal yang berbeda (bahkan cenderung berlawanan!), karena memang mereka tidak sedang berbicara kepada umat yang sama, melainkan kepada umat yang berbeda (Yesus kepada umat Yahudi; Paulus kepada umat Kristen).

Perjanjian (Covenant) yang berbeda pastilah menyertakan syarat-syarat yang berbeda pula (yang diberlakukan kepada masing-masing pihak yang terlibat di dalam Perjanjian tersebut). Alangkah menjadi sebuah kebodohan jika kita mencomot sebuah syarat yang berlaku di bawah Perjanjian yang satu lalu memaksakan pemberlakuannya di bawah Perjanjian yang lain. Begitulah bodohnya orang-orang Kristen (yang sekalipun berhati tulus!) mencoba untuk memberlakukan syarat-syarat dari Perjanjian Lama kepada kita yang sekarang ini sudah berada di bawah Perjanjian Baru, yang hampir dalam keseluruhannya sudah sangat jauh berbeda dengan Perjanjian yang sebelumnya itu, Perjanjian Lama.

Kebodohan yang sama itulah yang sedang dilakukan (dan dipromosikan!) oleh orang-orang yang mengatakan ajaran-ajaran Paulus patut untuk kita curigai, dan sejauh ajaran-ajarannya itu berlawanan dengan ajaran-ajaran Yesus (di kitab-kitab Injil), kita patut untuk menolaknya (atau cukup mengabaikannya saja!), dan lebih menerima ajaran-ajaran Yesus itu saja bagi kita. Saya harap Anda sudah tidak lagi menjadi korban dari pembodohan yang seperti ini. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar