Bagaimanapun
juga, Yesus tidak memiliki sebuah sistem rating bagi dosa. Ia mau
menerima siapapun, mengasihi siapapun. Hal ini paling terbukti dalam kisah Zakheus
si pemungut cukai.
Saya
harus memberitahu terlebih dahulu bahwa ketika saya membaca kisah-kisah Alkitab,
semua karakter utamanya memiliki aksen. Ini perkiraan saya saja.
Zakheus, dalam pikiran saya, sedikit
seperti gangster. Jika Anda tidak bisa membaca dialognya dengan sedikit
berlagak, Anda dan saya tidak akan “nyambung” dengan baik untuk beberapa
halaman selanjutnya. Anda mungkin perlu mendengarkan beberapa album hip-hop dan
mencoba lagi.
Kalau-kalau
Anda tidak tahu kisahnya, Zakheus adalah seorang pemungut cukai.
Sebenarnya, ia adalah kepala pemungut cukai. Ia juga benar-benar pendek. Itu
penting.
Inilah
kisahnya, langsung dari Alkitab:
Yesus masuk ke kota
Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama
Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk
melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak,
sebab badannya pendek. Maka berlarilah
ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang
akan lewat di situ.
Ketika Yesus sampai ke
tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab
hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
Lalu Zakheus segera turun
dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu
bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”
Tetapi Zakheus berdiri
dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada
orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan
kukembalikan empat kali lipat.”
Kata Yesus kepadanya:
“Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak
Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:1-10)
Latar
belakang kisah yang menarik: orang-orang Israel di zaman Yesus memandang
para pemungut cukai sebagai pencuri dan calo. Para pemungut cukai adalah
orang-orang Yahudi yang bekerja untuk pemerintah Roma, yang menguasai Israel
pada waktu itu. pekerjaan mereka adalah memungut pajak dari orang-orang mereka
sendiri dan menyerahkan uangnya kepada penguasa asing yang dibenci. Pendapatan
mereka sendiri berasal dari apa pun yang bisa mereka dapatkan dari orang-orang
setelah mereka memenuhi kuota pemerintah Romawi. Jadi Zakheus bersama
teman-teman pengkhianat sesama pemungut cukai akan mengenakan jumlah pajak yang
tinggi. Zakheus adalah seorang penipu ulung, seorang penggelap pajak. Ia
mengambil uang dari wanita-wanita tua yang kecil. Ia adalah seorang pencuri.
Saya
kira Zakheus sama dengan budaya populer saat ini. Saya pikir dia suka
nampang; ia suka beraksi. Ketika mereka menggelar karpet merah dan
kamera-kamera bermunculan, Zakheus akan ada di sana, dengan wanita di
samping kanan-kirinya, memandang melalui kacamata hitamnya kepada para kru
televisi. “Hei, kalian semua.” Ketika ia mengadakan konferensi pers, ia
berbicara tentang dirinya dalam orang ketiga.
Zakheus
adalah orang
yang pendek, tapi jangan tertipu oleh tinggi badannya. Ia punya banyak uang.
Pada beberapa waktu, bertahun-tahun sebelumnya, ia telah direkrut oleh
orang-orang Roma. Ia mungkin sedikit luar biasa. Ia memulai sebagai seorang
asisten pemungut cukai. Setelah membuktikan bahwa ia cukup baik, ia
dipromosikan menjadi pemungut cukai. Akhirnya, kita menemukan dia dalam kisah
ini, ia telah menjadi kepala pemungut cukai. Ia kemungkinan mengawasi seluruh
pajak daerah dan sebuah geng kecil para pemungut cukai yang memberikan dia
sebagian dari apa yang mereka ambil.
Ini
membuat Zakheus ditolak habis-habisan. Namanya dikenal buruk. Berapa
lama ia telah melakukan ini? Lima tahun? Lebih lama dari itu–ia adalah kepala
pemungut cukai. Sepuluh tahun? Dua puluh?
Saya
pikir ia tidak keberatan kalau dibenci. Bahkan, saya kira ia mencintai hidup.
Ia naik ke rumahnya yang besar, memandang kota dari atas, bersantai di kolamnya
yang besar, dengan para pelayan mengipasi dia dan menjatuhkan anggur ke dalam
mulutnya.
Setiap
orang takut kepada dia sekarang. Tentu saja, mereka membenci dia–tapi paling
tidak mereka menghormati dia. Waktu di sekolah dasar, tak seorang pun memilih
orang yang pendek. Tetapi sekarang, mereka takut terhadap pria kecil itu. Zakheus
adalah orang besar di bloknya. Kabar anginnya adalah, Yesus mungkin
adalah Mesias yang dijanjikan. Zakheus telah bertumbuh dalam budaya
Yahudi, dan ia pasti sudah tidak asing lagi dengan nubuatan-nubuatan. Tak
diragukan lagi, ia telah mendengar bahwa suatu hari akan datang seorang Mesias.
Sekarang Yesus sedang melewati kota itu, dan Zakheus berkata, “Aku
akan memeriksa orang ini. Ia memiliki banyak pengikut; banyak orang
membicarakan dia. Aku penasaran.”
Saya
ragu Zakheus berpikir, "Wow, aku berharap Yesus menyelamatkanku."
Menyelamatkan dia dari apa? Rumahnya yang besar? Semua wanita yang mencintai
dia?
Tidak,
dia hanya ingin memeriksa pria yang populer itu. Apa yang dipikirkan Zakheus
hanyalah tentang status. Anda tidak menjadi seorang pemungut cukai dan
kemudian seorang kepala pemungut cukai, dan tidak menyukai uang dan status. Ia
terkenal dalam artian negatif, tapi ia terkenal.
Yesus
mulai
melintasi jalanan. Orang-orang berbaris di jalan-jalan, berusaha melihat Dia
sekilas, dan Zakheus sadar kalau dia tidak bisa melihat melalui
kerumunan orang. Kerumunan orang begitu banyak, katanya dalam hati. Aku tidak
akan bisa melihat orang ini.
Zakheus
adalah seorang
yang inovatif, yang terbiasa membuka jalan bagi dirinya sendiri. Jadi ia
menyentakkan jubahnya yang gemerlap dan berlari ke depan, dengan rantai-rantai
emas berdentingan, dan ia memanjat sebuah pohon ara.
Ia
dapat melihat awan debu dan semua orang yang berdesak-desakan di sekeliling Yesus.
Anda akan berpikir kalau Dia adalah Justin Bieber atau semacam itu. Ia
menyusuri jalanan, dan tiba-tiba–Zakheus rasanya tidak percaya kalau ini
adalah hari keberuntungannya–Ia berhenti tepat di samping pohon yang dipanjat
pria kecil itu.
Ini
dia, pikirnya. Aku bisa memeriksa orang ini dari atas sini; mungkin
mendengarkan apa yang akan Ia katakan. Kemudian, Zakheus sangat
terkejut, Yesus memandang dia yang ada di atas. Yesus memanggil
namanya. “Zakheus.”
“Apa?
Bagaimana Kau bisa mengenalku? Aku tidak mengenal-Mu. Siapa yang memberitahu-Mu
tentang aku?”
Mereka
mengatakan bahwa suara terindah bagi telinga manusia adalah suara namanya
sendiri. Allah memanggil nama orang yang ditolak, egois, dan keras ini: “Zakheus,
turunlah, Aku akan ke rumahmu–sekarang juga.”
“Apa
benar? Hmm, baiklah. Ya.”
Zakheus
menikmati
momen tersebut. Semua pemuka agama Yahudi yang terhormat menginginkan semenit
bersama Yesus, suatu anggukan, dan jabatan tangan. Namun sekarang,
kepala pemungut cukai–orang yang paling buruk di tempat itu–mendapatkan sebuah
undangan pribadi.
Saya
pikir ia memandang setiap orang dan berkata, “Apa kabar, kalian semua?” Ia
memberi kabar kepada semua sahabatnya dan semua pemungut cukai kaki tangannya
untuk mampir dan menemui Yesus. Ini adalah momennya untuk menjadi pusat
perhatian.
“Aku
akan mengganti semuanya”
Tetapi
sore itu, sesuatu yang tak terduga dan tak dapat dijelaskan mulai terjadi dalam
hati Zakheus. Berapa lama dia bertemu dengan Allah yang hidup? Dua jam?
Empat jam? Kita tidak tahu. Apa yang mereka bicarakan? Kita hanya bisa menebak.
Kita
bisa beranggapan kalau mereka makan bersama dan Yesus mungkin banyak
mendengarkan. Zakheus pasti berpikir, Tak seorang pun yang mendengarkan
aku, kecuali beberapa orang yang bekerja untukku. Tapi orang ini peduli. Ia
mendengarkan. Ia mengerti.
Saya
bisa membayangkan Zakheus menatap mata yang paling penuh belas kasihan
yang pernah ia lihat dan berpikir, Apakah Yesus tahu siapa aku? Apakah Ia tahu
siapa yang ada di sekeliling meja makanku? Apakah Ia tahu apa yang kami lakukan
untuk mencari nafkah? Apakah Ia tahu ikannya dibeli dengan apa? Apakah Ia tahu
bagaimana aku membayar untuk rumah ini? Ia pasti tahu… tapi Ia tidak menolakku.
Setelah
beberapa jam bersama Yesus, Zakheus tidak tahan lagi. Tiba-tiba,
ia berdiri, tampak kewalahan dengan siapa Yesus ini. Di depan keluarganya,
teman-teman sebaya, dan para pegawainya, ia berkata tanpa berpikir, “Aku
akan mengganti semuanya!”
Apa?
“Aku
akan mengganti semuanya, Yesus. Aku akan mulai memberikan uangku. Bahkan
aku akan mengembalikan kepada semua orang yang pernah aku tipu sebesar empat
kali lipat dari yang telah aku curi.”
Bos
besar yang lapar uang dan tidak punya perasaan ini akan bangkrut, tapi ia
bahkan tidak peduli. Sebuah momen bersama Yesus mengubah segalanya.
Saya bertanya-tanya
apa yang Yesus katakan di suatu sore yang singkat itu yang mengubah
seorang pengambil seumur hidup menjadi seorang pemberi yang murah hati. Tetapi
bukan itu inti dari perikop ini. Saya pikir Alkitab melewatkan apa yang mereka
bicarakan karena kita pasti akan mencoba menjadikan pembicaraan mereka sebagai
suatu resep atau sebuah program. Ini bukan tentang apa yang Zakheus bicarakan.
Ini tentang bersama siapa Zakheus berbicara. Ini tentang bersama dengan Yesus.
Apa
yang mengubah Zakheus? Prinsip Alkitab? Pengabdian pribadi? Tugas dan
perbuatan agama? Tidak–hanya beberapa saat bersama dengan Allah yang menjadi
manusia. Bahkan tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa ada seseorang yang
memberitahu Zakheus kalau ia perlu bertobat atau mengembalikan uangnya.
Tetapi sesuatu menyentuh orang ini ketika ia berjumpa dengan Yesus.
Bergegas
turun
Kebenarannya,
saya adalah Zakheus. Tubuh saya mungkin tidak pendek, tapi kerohanian
saya pendek. Kemampuan dan kapasitas saya dangkal. Bahkan sekalipun saya ingin
mendekat kepada Yesus, sekalipun saya ingin melihat Yesus, saya
tidak bisa melihat melampaui diri saya sendiri. Saya tidak bisa melihat
melampaui dosa saya, melampaui pengalihan-pengalihan saya, melampaui ego saya.
Bagaimana
caranya kita mencoba menjangkau Yesus? Kita berlari lebih cepat dan kita
memanjat pohon perbuatan-perbuatan agamawi. Kita berpikir, Saya akan sampai
kepada Yesus. Saya akan mengesankan Yesus dengan siapa saya.
Saya
percaya kebanyakan orang memiliki rasa ketidakcukupan dan kegagalan di
kedalaman diri mereka. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba atau apa yang
mereka capai, mereka tahu bahwa mereka berada di sebuah tempat yang gelap.
Mereka pendek dalam pengertian rohani. Mereka telah berdosa dan gagal memenuhi
standar kemuliaan Allah. Jadi mereka berpikir, Saya akan berlari lebih cepat,
saya akan berlari ke depan, saya akan menemukan sebuah pohon dan memanjatnya,
dan saya akan mendapatkan perhatian Allah. Seakan-akan tindakan Anda berlari
dan memanjatlah yang membuat Allah memperhatikan Anda!
Bukan
itu yang menyelamatkan Zakheus, tapi belas kasihan. Kasih karunia Allah.
Inisiatif Allah.
Kita
pikir Tuhan berhenti dan memperhatikan kita karena Ia melihat kita di atas, di
pohon ara kita yang kecil. Kita pikir itu karena kita sangat baik. “Lihat,
saya membuat Allah memperhatikan saya. Apakah kau melihatnya? Itu karena saya
berdoa begitu keras, karena saya berdoa begitu banyak, karena saya datang ke
gereja.”
Tetapi
bukan itu alasan Yesus berhenti hari itu. Ia berhenti atas pilihan-Nya
sendiri. Ia berhenti karena Ia murah hati dan Ia baik. Ia berhenti karena Ia
sangat mengenal Zakheus, sama seperti Ia mengenal saya dan mengenal
Anda.
Yesus
menyuruh Zakheus
untuk bergegas dan Ia memberitahu kita hal yang sama. “Bergegaslah turun
dari agama. Bergegaslah turun dari tradisi. Berhenti berusaha mengangkat dirimu
sendiri. Hanya kasih karunia-Ku yang bisa menyelamatkanmu. Turunlah, dan
datanglah sekarang. Jangan habiskan waktu lainnya atau hari lainnya dengan
memercayai dirimu sendiri. Aku ingin bersamamu hari ini.”
Sementara
Zakheus berbicara, Yesus pasti senyum-senyum sendiri. Tetapi
sekarang Ia mengeluarkan pernyataan-Nya. “Hari ini telah terjadi keselamatan
kepada rumah ini. Zakheus adalah anak Abraham, seorang Yahudi sejati.”
Zakheus
tercengang. Ia
adalah contoh murni seorang pengkhianat, orang yang buruk, kebalikan dari orang
Yahudi yang baik. Karena sepanjang yang bisa ia ingat, ia telah berada di luar
melihat ke dalam. Sekarang ia berada di dalam? Sekarang ia adalah orang yang
baik? Saya harap saya bisa melihat wajah teman-temannya. Jika ada harapan bagi Zakheus,
maka pasti ada harapan bagi saya juga!
Kemudian
Yesus menyimpulkan misi hidup-Nya: “Aku ada di sini untuk menemukan
dan menolong orang-orang yang terhilang. Itulah sebabnya Aku datang.”
Orang-orang
Farisi berpikir sang Mesias hanya datang untuk beberapa orang pilihan, untuk
orang-orang yang dikuduskan, untuk orang-orang agamawi. Tetapi Yesus mengatakan
berulang-ulang kali bahwa Ia datang untuk mereka yang hancur, yang buruk, yang
kecanduan, yang terikat, yang tersesat, yang terhilang, yang terluka.
Terkadang
kita seperti Zakheus. Kita telah berkubang dalam dosa begitu lama. Kita
memiliki masalah, kelemahan, dan kecenderungan untuk melakukan hal yang salah.
Kita tak berdaya, tak berpengharapan. Kita berpikir, Bahkan Yesus pun
tidak bisa membebaskan saya. Lagi pula, kita telah mencoba sekeras mungkin dan
tidak ada apa pun yang berubah. Lagi pula, Ia tidak akan melihat ada apa pun
yang berharga dalam diri kita untuk layak diselamatkan.
Mungkin
Anda memiliki dosa tersembunyi: sebuah hubungan gelap delapan tahun yang lalu
yang tidak diketahui siapapun bahkan pasangan Anda. Mungkin Anda memiliki
sesuatu yang mengendalikan hidup Anda, seperti kecanduan alkohol atau beberapa
kecanduan lainnya. Orang-orang telah memberitahu Anda bahwa Anda tidak akan
pernah berubah, dan Anda mulai memercayai mereka.
Yesus
bukan penuduh
Anda. Ia bukan pendakwa Anda. Ia bukan hakim Anda. Ia adalah teman Anda dan
penyelamat Anda. Seperti Zakheus, habiskan saja waktu dengan Yesus.
Jangan bersembunyi dari Dia dengan rasa malu atau menolak Dia dengan kebenaran
diri. Jangan izinkan pendapat orang lain membentuk konsep Anda tentang Dia.
Kenali Dia sendiri, dan biarkan kebaikan Allah mengubah Anda dari dalam ke
luar.
(Dicuplik
dari bab 1 buku "Jesus Is... " by Judah Smith,
versi Indo. "Yesus Adalah..." oleh LIGHT PUBLISHING)